Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
598 views

Tags

cerita rakyatglnpangeran barasa

PANGERAN BARASA


  20 Jun 2019 - 08:13 am (6 year ago)
  Content Language : Indonesian
   
Category  : Education

Kisah Pangeran Barasa merupakan teks saduran dari Lontara (manuskrip) Barasa, pada abad XVII. Kisah tersebut diceritakan kembali dengan melakukan transliterasi, penerjemahan, dengan desain cerita yang lebih menarik, dan mudah dicerna oleh khalayak pembaca, terutama anakanak, tanpa mengubah latar, tokoh, dan alur peristiwanya. Naskah tersebut, menceritakan sejarah berdirinya Kerajaan Barasa (yang kemudian berubah nama menjadi Kerajaan Siang), sebuah kerajaan kuno di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Cerita ini mengisahkan perjuangan seorang panglima perang, dari Kerajaan Bagian Gowa, Kerajaan Sombaopu, yaitu I Jo’ro. I Jo’ro bersedia mempertaruhkan jiwa raganya demi pembebasan diri Kerajaan Barasa yang tertindas di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa. Meskipun bukan dari keturunan Kerajaan Barasa, ia bersimpati dan membantu Kerajaan Barasa dengan cara bergabung dan bersatu dengan pasukan Arung Palakka, Karaéng Tunisomba vii Palakka melawan Kerajaan Gowa yang dalam sejarah dikenal sebagai Perang Makassar. Dikisahkan, Pangeran Joro’ merupakan panglima perang yang sangat disegani karena kepiawaiannya dalam menyusun strategi perang. Ia dikenal sebagai panglima yang cerdas dan pandai, sopan, jujur, dan bersahabat. Pangeran Jo’ro menjunjung tinggi nilai sipakatau, saling menghargai satu sama lain. Sangat rendah hati dan tidak sombong. Itulah sebabnya ia disenangi oleh Arung Palakka dan beberapa raja dan oppo di Kerajaan Barasa. Ia pun diberi banyak secara adat, yaitu menjadi Lomo sebuah gelaraan dan sapaan bagi pejabat kerajaan yang kedudukannya di bawah raja. Selain itu, ia pun diberi wewenang memimpin wilayah kerajaan di Kerajaan Barasa. Banyak pesan moral yang terkandung dalam cerita Pangeran Barasa ini. Selain dapat mengenal dan memahami eksistensi sejarah Kerajaan Barasa atau Kerajaan Siang yang pada abad XVII berjaya di Kabupaten Pangkep, pembaca juga dapat memetik nilai-nilai budaya, yang dapat membina dan membentuk karakter positif anak negeri masa kini. Cerita ini diharapkan tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi lebih dari itu, dapat menjadi bukti sejarah, dan viii menjadi bahan ajar muatan lokal di sekolah mulai di tingkat kelompok PAUD, SD, SMP, hingga SMA. Diharapkan pula cerita ini menjadi pengetahuan masyarakat umum, sebab masih banyak di antara anak didik, bahkan guru yang belum mengetahui tentang sejarah dan budayanya sendiri. Penulis menyadari, cerita ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya terutama kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. Terima kasih yang tak terhingga kepada Panitia Gerakan Literasi Nasional tahun 2016, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengambil peran dalam GLN 2016 ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Balai Bahasa provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berekspresi melalui karya kecil ini. Semoga, cerita ini bermanfaat, utamanya bagi generasi muda, generasi pencinta sejarah dan budaya bangsa, generasi penerus masa depan. Salam Literasi!